Mantan pejabat FIFA akui terima suap pemilihan Piala Dunia 1998 dan 2010.
Ditengah investigasi dugaan suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia Rusia 2018 dan Qatar 2022, kabar mengejutkan datang dari orang dalam FIFA yang menyebut telah menerima suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 1998 dan 2010, Kamis (04/06/15).
Kabar tersebut berasal dari pengakuan mantan Komite Eksekutif FIFA, Chuck Blazer. Blazer sebenarnya telah mengakui dirinya menerima suap pada penyidik FBI yang mendatanginya pada November 2013. Namun informasi ini baru dibuka ke publik Rabu, 3 Juni 2015 waktu setempat.
Pria asal Amerika berusia 70 tahun itu menyatakan dia dan rekannya di FIFA telah menerima suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia Prancis 1998 dan Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
"Sekitar tahun 1992, saya dan pejabat lainnya setuju untuk memfasilitasi penerimaan suap terkait pemilihan tuan rumah Piala Dunia 1998," kata Blazer seperti dilansir Daily Mail.
"Saya dan pejabat lainnya di Komite Eksekutif setuju menerima suap dalam pemilihan Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010," sambungnya.
Pengakuan ini membuktikan praktek suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia telah berlangsung cukup lama.
Saat ini petugas gabungan FBI dan aparat keamanan Swiss tengah melakukan penyelidikan penunjukkan Rusia dan Qatar yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Namun demikian, Rusia telah membantah melakukan penyuapan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia. Mereka juga berkeras apapun hasil investigasi nanti, tidak akan menggagalkan Rusia yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia.
"Kami melakukan segala hal yang ingin kami lakukan dalam proses ini, tapi kami tidak fokus pada investigasi," kata Kepala penyelenggara Piala Dunia Rusia 2018, Alex Sorokin.
"Piala Dunia 2018 akan diselenggarakan pertama kali di negara terluas di dunia. Kami akan terus bekerja sama dengan FIFA untuk mencapai tujuan ini."
Sumber